TRADISI SOSIOKULTURAL
Teori
tentang hubungan dalam tradisi sosiokultural terdiri dari: 1. Teori pengelolaan
identitas yang membantu kita melihat bagaimana hubungan dapat memperoleh
identitasnya melalui komunikasi. Teori ini menjelaskan tentang factor dan kekuatan
yang berkaitan dengan identitas hubungan.; 2.Teori dialogis yang menyatakan
bahwa hubunganmenggabungkan sebuah campuran dari beragam suara yang menarik dan
mendorong hubungan itu terus-menerus.; 3. Teori dialektis dari Mikhail Bakhtin
yang menelusuri tekanan yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak sesuai dalam
hubungan.; 4. Teori pengaturan privasi dari Sandra Petronio yang menunjukkan
bagaimana hubungan sebenarnya mempengaruhi pengaturan pengungkapan dan rahasia
pribadi.
- Teori Pengelolaan Identitas
Teori
pengelolaan identitas dari Tadasu Todd Imahori dan William R. Cupach
menunjukkan bagaimana identitas terbentuk, terjaga, dan berubah dalam hubungan.
Dalam
membentuk identitas sebuah hubungan, perbedaan budaya terlihat jelas ketika
terjadi komunikasi intercultural (intercultural communication).
Teori
pengelolaan identitas banyak menjelaskan tentang hubungan dimana perbedaan
budaya sangat penting dan jelas.
Negosiasi identitas intercultural terjadi mengenai apa yang diinginkan
oleh pihak yang menjalani hubungan, serta tentang dukungan dan/atau ancaman
terhadap identitas budayanya.
Tantangan
atau ancaman terhadap masing-masing pihak yang menjalani hubungan dengan latar
belakang budaya berbeda (ancaman terhadap karya rupa) dapat terjadi dalam empat
cara: 1). Perasaan terbatasi atau tersudutkan ke dalam bentuk-bentuk budaya
tertentu dan tidak diterima sebagai seseorang yang utuh dan kompleks. Imahori
dan Cupach memberikan istilah identity freezing sebagai bentuk tahap awal
sebuah hubungan yang cenderung menyederhanakan budaya salah satu pelaku
hubungan.; 2). Perasaan bahwa nilai-nilai budaya mereka diabaikan.; 3). Tekanan
atau dialektika antara mendukung rupa sendiri dan rupa orang lain (Imahori dan
Cupach menyebutnya dengan istilah self-other face dialectic) yang terjadi
ketika salah satu pelaku hubungan ingin mendukung identitas budaya pasangannya
sekaligus ingin menonjolkan budayanya sendiri. Metode untuk mengatasi kesulitan
yang terjadi meliputi menahan dasar seseorang, memberi, mendukung kedua identitas
secara bergantian, dan menghindari masalah bersama-sama.; 4). Tekanan antara
keinginan untuk menegaskan sebuah nilai budaya (rupa positif) dan
ketidakinginan untuk menghalangi/membatasi (rupa negatif), disebut
positive-negative face dialectic. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kemungkinan munculnya masalah antara lain dengan dinggal pada zona
nyhaman yang tetap hberdasarkan pada apa yang telah dipelajari tentang satu
sama lain, menggunakan tanda-tanda peringatan yang jelas atau tersembunyi
tentang apa yang harus dan tidak boleh dikatakan, menghindari atribut budaya
bersama-sama, atau memberikan dukungan non-verbal.
Imahori
dan Cupach menyebutkan bahwa dalam pengelolaan identitas, pasangan
menghadapinya dengan cara berbeda pada setiap tahap hubungan yang berbeda: 1).
Percobaan (trial)-pasangan intercultural hanya mulai menelusuri perbedaan
budaya mereka dan identitas budaya apa yang mereka inginkan untuk hubungan
mereka, saling menghindari semua kesalahan yang mungkin terjadi dalam menangani
identitas budaya satu sama lain.; 2). Kecocokan (emmeshment)-sebuah identitas
hubungan tertentu dengan bentuk fitur-fitur budaya secara umum akan muncul,
pasangan menemukan sebuah tingkat kenyamanan, saling berbagi aturan dan symbol
serta mengembangkan pemahaman umum tentang satu sama lain dan tentang hubungan
itu sendiri (kebutuhan lebih kecil untuk komunikasi intercultural dengan tetap
menggunakan interaksi interkultural).; dan 3).negosiasi ulang (renegotiation)-pasangan
mulai melewati beragam masalah identitas dengan menggunakan sejarah hubungan
umum yang telah mereka kembangkan. Identitas hubungan lebih kuat sehingga
perbedaan budaya lebih mudah diatasi. Perbedaan budaya dilihat sebagai sebuah
aspek positif dari hubungan, masalah budaya ditangani secara konstruktif.
- 2. Teori Dialogis/Dialektis pada Hubungan
1) Teori
Dialogis-Bakhtin
Karya Bakhtin mendasari sebuah
teori penyilangan yang berkaitan dengan tradisi komunikasi karena karya
tersebut berperan pada sudut pandang sosiokultural dan kritikal. Dalam
pemahaman metafora, Bakhtin membantu untuk memahami hubungan dalam masyarakat.
a. Gagasan
tentang realitas sehari-hari (lazim-prosaic)
Gagasan yang hanya mengacu pada
dunia yang biasa. Dunia sehari-hari dipandang sebagai salah satu kegiatandan
kreatifitas konstan serta titik awal untuk segala macam perubahan yang berjalan
lambat, dimana keputusan-keputusan penting dibuat. Dengan metafora fisika,
dikenal dua kekuatan umum yang memengaruhi kehidupan sehari-hari ini, yaitu
sentripetal dan sentrifugal. Centripetal force mencoba menjatuhkan perintah
pada kekacauan yang nyata dlam kehidupan, sementara centrifugal force
mengganggu perintah tersebut.
b. Gagasan
tentang kementahan
Fokus Bakhtin pada kelaziman
menghadirkan sebuah aspek penting dari teorinya-kementahan, bawa dunia bukan
hanya tempat yang berantakan dan kacau balau, melainkan terbuka dan bebas,
tidak lengkap dan statis, kita membantu menyusun semua kejadian dan konteks
yang membuat dunia menjadi dunia yang kompleks.
c. Gagasan
tentang heteroglossia
Bahwa dunia terbentuk dari
heteroglossia (banyak suara) yang semuanya berkontribusi terhadap perubahan
yang konstan dan perubahan dunia.
d. Gagasan
tentang dialog
Dialog adalah tentang bagaimana
kita berinteraksi dalam interaksi khusus. Tidak ada bahaasa umum yang
disuarakan oleh suara umum, selalu ada seseorang yang berbicara dengan orang
lain, bahkan ketika berbicara dengan dirinya sendiri. Karenanya, dialog adalah
sesuatu yang terjadi dalam sebuah situasi tertentu bagi pelaku dialog tertentu.
e. Gagasan
tentang ucapan
Merupakan inti konsepsi tentang
dialog yang mengacu pada bahasa yang diucapkan pada sebuah konteks. Pelaku
komunikasi mengungkapkan sebuah gagasan dan membuat sebuah penilaian tentang
gagasan tersebut, mengantisipasi respons dari pihak lain. Dialog merupakan
sebuah jaringan hubungan dengan orang lain yang kompleks. Dialog
merepresentasikan sebuah subjek bahasan kontekstual yang berlanjut dan
berkembang yang memperbesar definisi konstan dari pelaku dalam dialog juga. Dialog
membentuk kebudayaan karena setiap interaksi dialogis merupakan sebuah
pandangan terhadap setiap kebudayaan dari pendirian tertentu. Dalam dialog
terjadi negosiasi atas pemahaman, pandangan, pendirian satu sama lain melalui
interaksi yang dibangun.
Gagasan Bakhtin mendapatkan
perhatian besar dari para ahli teori kritis dan kultural yang tertarik pada
proses pemahaman negosiasi dari tempat yang terpinggirkan dalam sebuah
kebudayaan. Pandangan Bakhtin yang dianggap penting tentang hubungan: 1. Antara
dua individu sebagai sebuah pembukaan potensi yang mungkin tidak pernah
disadari; dan 2. Antara kebudayaan.
2) Teori
dialogis dan dialektis tentang hubungan-Baxter
Dialogis-hubungan diartikan melalui
sebuah dialog antara banyak suara. Dialektis-hubungan merupakan sebuah tempat
yang menangani pertentangan. Dialektis mengacu pada sebuah tekanan antara
kekuatan-kekuatan yang berlawanan dalam sebuah system. Tekanan dialektis dapat
terlihat dengan sangat mudah dalam institusi masyarakat yang lebih besar.
Dialog secara umum adalah
suara-suara berbeda yang menyatu dalam sebuah percakapan. Baxter memandang
dialog sebagai pecakapan yang mendefinisikan dan mendefinisikan ulang hubungan
ketika hubungan muncul dalam situasi sebenarnya. Hubungan bersifat dinamis dan
komunikasi adalah hal yang mengatur persamaan dan perbedaan. Berikut ini adalah
beberapa pandangan Baxter:
a. Hubungan
dihasilkan melalui dialog yang mendefinisikan hubungan seseorang dengan orang
lainnya. Chronotopic similarity-menceritakan kembali cerita-cerita lama dari
hubungan yang membawa kebersamaan atau pengalaman bersama.
b. Dialog
menghasilkan sebuah kesempatan untuk mencapai sebuah persatuan dalam perbedaan.
c. Stabilitas
perubahan atau tekanan antara dapat diduga dan konsisten melawan spontan dan
berbeda.
Aspek perubahan kualitas ketika
hubungan berkembang (Carol Werner dan Leslie Baxter) :
1. Amplitudo-kekuatan
perasaan, perilaku, atau keduanya.
2. Kepentingan-fokus
pada masa lalu, masa sekarang, atau masa depan.
3. Skala-seberapa
lama pola-pola tersebut bertahan.
4. Rangkaian-susunan
kejadian dalam hubungan.
5. Langkah/irama-kecepatan
kejadian dalam hubungan dan jarak antar kejadian.
d. Dialog
adalah estetika yang melibatkan pemahaman akan keseimbangan, keterkaitan,
bentuk dan kesatuan.
e. Dialog
adalah wacana yang tidak pernah berhenti yang menjadikan hubungan tidak dapat
diakhiri.
3. Teori
Pengaturan Privasi Komunikasi-Sandra Petronio
Communication
privacy management (CPM) membahas tekanan antara keterbukaan dan rahasia
pribadi, antara sesuatu yang bersifat public dan rahasia dalam hubungan.
Teori
ini membagi gagasan bahwa pekerjaan sebuah hubungan bukanlah pekerjaan
individu, melainkan usaha gabungan yang dibicarakan dalam komunikasi. Teori ini
memiliki dasar sibernetika yang kuat, yang menjelaskan bagaimana sesuatunya
dikerjakan melalui gerakan maju-mundur, atau interaksi.
0 Comments