METODE BRAINSTORMING
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode Brainstorming
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Abdul Majid (2011:135) “metode merupakan proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan”. Menurut Edgar dan Stanley (1995:339) mengemukakan bahwa “study method is with refer toing activity instructed by teacher and result him is activity learn at student”. Artinya, metode pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan oleh guru dan hasilnya adalah kegiatan belajar pada siswa.
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo (2005: 52) Metode mengajar merupakan suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan untuk seorang guru atau instruktur. Teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikan, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan.
Sejalan pendapat diatas Nana Sudjana, (1998: 76) mengatakan “Metode mengajar adalah cara atau serangkaian kegiatan yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah serangkaian kegiatan yang dipergunakan oleh guru agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:72) metode dalam pengajaran memiliki beberapa kedudukan, yaitu:
a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik menurut Sadirman. A.M (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2010:73) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
b. Metode sebagai strategi pengajaran
Menurut Roestiyah. N.K (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2010:74) dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010 :74) tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Sehingga dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
2. Pengertian Metode Brainstorming
Metode Brainstorming dikenal juga dengan metode curah pendapat atau sumbang saran. Menurut M. Sobry Sutikno (2007:98): “Metode Brainstorming adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta”. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode Brainstorming pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Metode ini berdasarkan pendapat bahwa sekelompok manusia dapat mengajukan usul lebih banyak dari anggotanya masing-masing. Dalam metode ini disajikan sebuah soal. Lalu para peserta diajak untuk mengajukan ide apa pun mengenai soal itu, tidak peduli seaneh apa pun ide itu. Ide-ide yang aneh tidak ditolak secara apriori, tetapi dianalisis, disintesis dan dievaluasi juga. Boleh jadi pemecahan yang tidak terduga yang akhirnya muncul”.
Menurut Morgan (Suprijanto, 2009:122) “Brainstorming adalah salah satu bentuk berpikir kreatif sehingga pertimbangan memberikan jalan untuk berinisiatif kreatif. Peserta didorong untuk mencurahkan semua ide yang timbul dari pikirannya dalam jangka waktu tertentu berkenaan dengan beberapa masalah, dan tidak diminta untuk menilainya selama curah pendapat berlangsung. Penilaian akan dilakukan pada periode berikutnya dimana semua ide dipilih, dievaluasi dan mungkin diterapkan”. Sejalan dengan itu Kang dan Song (dalam 2009 :122) “metode Brainstorming adalah teknik diskusi kelompok dimana anggotanya menyatakan sebanyak mungkin ide-idenya atas topik tertentu tanpa hambatan dan pertimbangan aplikasi praktisnya. Spontanitas dan kreativitas merupakan bagian penting dalam curah pendapat penilaian terhadap ide-ide dilakukan pada sesi berikutnya”. Menurut Barbara Allman dan Sara Freeman (2010:37) “Brainstorming adalah suatu teknik yang digunakan untuk menghasilkan suatu daftar panjang yang berisi berbagai respon berbeda tanpa membuat penilaian terhadap ide-ide individu”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode Brainstorming adalah suatu bentuk diskusi dimana peserta didorong untuk menyatakan gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman serta ide-ide mengenai suatu masalah tanpa adanya penilaian dari peserta lain.
Tujuan penggunaan metode Brainstorming menurut M. Subana (2009:106) ialah “menguras habis segala sesuatu yang dipikirkan oleh siswa dalam menggapi masalah yang dilontarkan guru kepadanya”. Agar tujuan dalam penerapan metode Brainstorming dapat tercapai maka perlu adanya aturan yang diperhatikan. Hal ini dimaksudkan agar metode Brainstorming dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga tujuan yang diharapkan dapat terealisasi. Menurut Utami Munandar (1985:104) beberapa aturan yang harus diperhatikan pada metode Brainstorming adalah:
a. Kebebasan dalam memberikan gagasan
Anak tidak perlu merasa ragu-ragu untuk mengeluarkan gagasan apa pun, yang “aneh” atau “yang lain dari yang lain”. Ia pun tidak perlu merasa terikat pada apa yang sudah berlaku sampai sekarang, pada kebiasaan-kebiasaan yang lama.
b. Penekanan pada kuantitas
Pada teknik Brainstorming diinginkan gagasan-gagasan sebanyak mungkin, karena dengan makin banyaknya gagasan makin besar pula kemungkinan bahwa di antara gagasan-gagasan tersebut ada yang sangat baik dan orisinil.
c. Kritik ditangguhkan
Selama tahap pengungkapan gagasan, kritik baik oleh anggota maupun oleh ketua tidak boleh dibenarkan. Kritik baru dapat dikemukakan setelah tahap pencetusan gagasan selesai. Sesudah tahap ini ada tahap penilaian gagasan, di mana semua gagasan yang telah dicatat ditinjau satu per satu kemudian dipilih gagasan-gagasan yang terbaik.
d. Kombinasi dan peningkatan gagasan
Siswa dapat menambahkan atau meneruskan gagasan-gagasan yang sebelumnya telah diungkapkan oleh siswa lain. Beberapa gagasan dapat digabung menjadi satu gagasan yang lebih baik.
e. Mengulang gagasan
Mengulang gagasan yang tampaknya sama tidak menjadi soal, karena dalam kenyataan mungkin gagasan-gagasan tersebut agak berbeda. Teguran bahwa gagasan itu sudah disampaikan sebelumnya akan menghambat spontanitas siswa dalam mengungkapkan gagasan. Lagi pula apabila memang ada gagasan-gagasan yang sama, pada tahap penilaian gagasan tersebut dapat dikeluarkan.
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Brainstorming
Pada dasarnya tiap metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran memiliki kelebihan maupun kekurangan masing-masing. Kelebihan dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan metode pembelajaran tersebut sedangkan kekurangan dapat dijadikan acuan agar metode pembelajaran itu dapat berjalan dengan lebih baik lagi.
Acep Yonny dan Sri Rahayu Yunus (2011:127) menyatakan beberapa kelebihan dari penerapan metode Brainstorming sebagai berikut:
a. Memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat
b. Melatih daya kritis dan analisis siswa
c. Mendorong siswa agar dapat menghargai pendapat orang lain
d. Menstimulasi siswa agar dapat berpikir secara holistik.
Menurut Roestiyah (2012:74) kelebihan metode Brainstrorming sebagai berikut:
a. Anak-anak aktif berfikir untuk menyatakan pendapat.
b. Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.
c. Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru.
d. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.
e. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai atau dari guru.
f. Terjadinya persaingan yang sehat.
g. Anak merasa bebas dan gembira.
h. Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.
Walaupun teknik ini baik dan memiliki kelebihan tetapi juga mempunyai kelemahan. Menurut Suprijanto (2009:125) mengungkapkan ada beberapa kelemahan dari penggunaan metode Brainstorming:
a. Proses ini memerlukan banyak waktu, khususnya apabila kurang dari 10% ide yang akhirnya digunakan.
b. Seperti kelompok diskusi yang lain, produktivitas sesi curah pendapat tergantung pada kemampuan dan kualitas orientasi peserta.
c. Manfaat akhirnya mungkin lebih berupa apa yang dilakukan terhadap peserta daripada produktivitas apa yang segera diperoleh dalam sesi curah pendapat, dan sulit diukur dengan tingkat keakuratan apa pun.
Menurut Roestiyah (2012:75) beberapa kelemahan metode Brainstorming sebagai berikut:
a. Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik.
b. Anak yang kurang selalu ketinggalan.
c. Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai saja.
d. Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan.
e. Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu betul/salah.
f. Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Allman Barbara dan Freeman S. (2010). Menjadi Guru Kreatif. Jogjakarta: Golden Book.
B. Uno Hamzah (2010). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dananjaya, Utomo. (2012). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa.
Djamarah, S.B dan Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman. P dan Sobry, S. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama.
Madjid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia.
Nurdin, Syafrudin. (2004). Model Pembelajaran Dengan Memperhatikan Keberagaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Roestiyah N.K. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soebani, B. A. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Subana dan Sunarti. (2009). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sudjana, N. (1998). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suprijanto. (2009). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Supriyadi. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.
Surjadi, A. (1989). Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Mandar Maju.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana.
———-. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
0 Comments